On the other side, pas tau nama filmnya adalah "My Life as a Zucchini", seketika mikir, kayaknya zucchini ini nama sayuran deh. Alhasil sebelum nonton filmnya pun saya berasumsi sepihak kalau ini film ini ada sangkut pautnya sama sayuran (?). Film mengenai anak yang bergelut dengan dunia persayuran kah?
Butuh waktu lama dari saat film ini beredar hingga saya memutuskan untuk akhirnya menonton film ini. Di samping karena film ini diputar di Cannes Film Festival, film ini juga masuk nominasi Best Animated Feature Film di Oscar 87 (2017) yang semakin mendorong saya untuk yakin menonton film ini.
Film stop motion garapan Claude Barras ini diangkat dari novel karya Gilles Paris yang berjudul "Autobiographie d'une Courgette". Mengisahkan tentang seorang anak bernama Icare, 9 tahun, hidup dengan keluarga yang tidak biasa. Ayahnya entah berada dimana, dan Ibunya seorang pecandu alkohol berat. Icare dipanggil Courgette (dalam Bahasa Perancis, yang artinya Zucchini, sejenis terong). Nama Courgette ini melekat dengan Icare, bahkan ia lebih memilih panggilan Courgette dibandingkan nama aslinya. "Nama pemberian ibu", ia bilang.
Courgette terpaksa pindah ke panti asuhan. Di sana ia bertemu dengan teman baru, yang notabene adalah korban keluarga. Ada yang memang orang tuanya telah meninggal, ada yang ibunya di deportasi, ada yang ayahnya di penjara, dan beberapa background yang berbeda tiap-tiap anak. Dari film ini, seolah kita dipertontonkan buah pemikiran bocah 9 tahun secara gamblang, bagaimana perasaan mereka berada bersama keluarga dan betapa merindunya mereka dengan keluarga mereka walaupun menjadi bagian keluarga yang tidak sempurna.
Sebagai awamers yang memang tidak pandai mereview film, yang saya rasakan saat menonton film ini adalah saya terhanyut dalam setiap scene yang ditampilkan. Saya ikut merasa sangat senang melihat anak-anak tersebut bergembira bermain bersama, dan saya turut merasa sangat emosional ketika Courgette mencoba menjalani hidupnya as a normal kid without parents, dan saat Courgette dan temannya saling bercerita mengenai keluarga mereka.
Tidak ada yang berlebihan di film ini. Tidak ada action, semua scene mengalir damai tanpa banyak cincong. Namun, film ini berhasil membuat saya menjadi sangat emosional hanya dengan mengikuti alur dan dengan kata-kata sederhananya. So touching, successfully stole my heart. Deep meaning, effortless scene, and got my full attention. Saya tidak pernah lepas atau bahkan kehilangan fokus saat menonton film ini.
Well, saya rasa masyarakat sekarang pun sudah semakin aware ya kalau film animasi bukan hanya untuk anak kecil. Ga seperti mama saya yang masih berpikiran bahwa kartun adalah suguhan untuk anak-anak. Nah, film Ma Vie De Courgette ini bisa dibilang not-so-kid consumption ya. Opini saya sih, ini bisa dikonsumsi untuk anak SMP. Ada scene kissing dan juga ada scene percakapan anak-anak yang membahas kehidupan orang dewasa (yah, walaupun dibahas oleh anak-anak sih, dan ga secara gamblang juga). Jadi buat buibuk yang punya anak bayik, balita, atau SD, jangan dulu dikasih film ini ya.